Pandangan Psikologi Mengapa Orang Melakukan Hal-Hal Berbahaya

Psikologi
Spread the love

Kimballyoung.com – Bagi beberapa orang, melakukan hal-hal berbahaya wajib untuk dihindari karena berbagai risiko yang mengintai. Akan tetapi bagi yang lain, hal-hal seperti itu justru dianggap menantang. Tidak mengherankan jika makin banyak saja orang melakukan hal-hal berbahaya,

Contoh Hal-hal Berbahaya yang Dilakukan

Pernahkah Anda mendengar berita tentang sekumpulan remaja yang beraksi menghadang truk? Atau pernahkah Anda sendiri melakukan hal-hal yang dapat mengancam nyawa? Tentunya, hal-hal semacam itu merupakan sebagian kecil dari apa yang disebut dengan hal-hal berbahaya.

Ada banyak aktivitas yang dapat dianggap berbahaya oleh sebagian orang, baik yang berhubungan dengan hobi, media sosial, dan sebagainya. Secara umum, berikut contoh hal-hal yang sering terjadi dan acapkali dilakukan oleh banyak orang meski dianggap berbahaya.

Olahraga ekstrem

Pada dasarnya, olahraga bukanlah aktivitas yang berbahaya jika dilakukan secara normal. Akan tetapi, tidak semua jenis olahraga dapat dikatakan aman, apalagi jika memiliki tingkat risiko dan cedera parah bagi yang melakukannya.

Meskipun memiliki risiko tinggi bahkan mengancam nyawa, berbagai jenis olahraga tersebut malah semakin digandrungi banyak orang di berbagai belahan dunia. Alasannya karena dianggap lebih menantang. Berikut beberapa contoh olahraga ekstrem yang kerap dilakukan.

Menyelam (scuba diving)

Siapa sih yang tidak berangan dapat menyelam ke dasar lautan yang dalam sembari menikmati indahnya pemandangan bawah laut? Meski terbilang mengasyikkan, pada dasarnya olahraga ini cenderung ekstrem dan berbahaya.

Saat menyelam, aliran darah ke otak dapat terganggu sehingga akan mengakibatkan gangguan fungsi kognitif. Belum lagi ditambah dengan risiko bertemu hewan laut yang berukuran jauh lebih besar dan berbahaya. Anda yang sudah tersertifikasi pun belum tentu akan benar-benar aman.

Olahraga bela diri

Tinju, MMA, dan berbagai olahraga bela diri lainnya memang memiliki tujuan untuk membuat badan semakin bugar. Akan tetapi, jenis olahraga tersebut sangat identik dengan kekerasan dan bentuk pertahanan diri.

Kalau salah teknik memukul, sudah pasti akan membahayakan dan membuat pemain menjadi cedera. Sudah banyak data yang menunjukkan jika karir para petinju berakhir dengan kematian atau bahkan cacat seumur hidup.

Bungee jumping dan skydiving

Bagi penggemar olahraga ekstrem, olahraga seperti bungee jumping dan skydiving bukan lagi sebagai ajang untuk mencari keringat, namun juga untuk menantang nyali. Ketika ingin melakukan skydiving atau bungee jumping, seseorang harus naik dari ketinggian terlebih dahulu kemudian melompat.

Meskipun sudah menggunakan berbagai peralatan lengkap dan terlihat aman, namun risiko terhempas dan jatuh dari ketinggian dapat saja terjadi. Pemain tidak hanya akan mengalami cedera berat, namun juga risiko kematian.

Pembuatan konten berbahaya

Selain melakukan berbagai olahraga ekstrem, membuat konten media sosial yang berbahaya juga sering dilakukan. Konten-konten tersebut tentu tidak hanya berbahaya bagi pembuat konten itu sendiri namun juga bagi orang lain. Berikut beberapa contoh konten yang terbilang berbahaya.

Foto selfie di tempat berbahaya

Pernahkah Anda melihat seorang content creator yang ber-selfie di gedung tinggi atau di pinggir tebing? Aksi ini pada dasarnya sangat berbahaya, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sudah banyak orang mengalami nasib sial karena aksinya tersebut.

Foto selfie di pinggir tempat-tempat ekstrem tersebut memang terbilang sangat menarik, bahkan berbeda dibandingkan dengan kreator konten lainnya. Akan tetapi jika tidak disertai dengan perlengkapan yang aman, tentu memiliki risiko yang sangat tinggi.

BACA JUGA : 7 Manfaat Olahraga Untuk Kesehatan Jantung

Konten hadang kendaraan besar

Beberapa waktu lalu, viral konten beberapa pemuda yang beraksi menghadang truk dan berbagai kendaraan besar lainnya. Ujung-ujungnya, ada saja korban jiwa yang tewas karena tertabrak atau bahkan terlindas. Bahkan ada juga kejadian yang menyebabkan dua truk saling bertabrakan.

Fenomena ini tentu miris bahkan termasuk tindakan yang sangat berbahaya. Tindakan ini tidak hanya akan mengancam keselamatan pelaku konten, namun juga orang lain akan menerima dampaknya. Ancaman hukuman penjara juga dapat dikenakan karena melakukan kelalaian yang dapat menyebabkan kematian.

Challenge berbahaya

Anda pernah mendengar atau bahkan mengetahui beberapa challenge seperti Samyang Challenge, Skip Challenge, dan sebagainya? Ya, ternyata ada sejumlah tantangan di media sosial yang dianggap berbahaya bagi sebagian orang.

Tantangan yang berbau prank juga kerap dilakukan. Meskipun sudah mengetahui bahwa challenge tersebut sangat berbahaya, namun masih banyak orang yang seakan tidak peduli. Padahal tidak jarang, tantangan tersebut bisa saja mengancam nyawa seseorang.

Self-harm

Self-harm atau yang juga disebut dengan self-injury menjadi salah satu aktivitas lain yang tentu saja berbahaya namun banyak dilakukan, terutama remaja. Sesuai namanya, aktivitas ini dilakukan dengan tindakan menyakiti diri sendiri.

Beberapa tindakan seperti memukul diri sendiri, menyayat tangan menggunakan silet, hingga menelan zat berbahaya sudah pasti dilakukan bukan tanpa sebab. Umumnya, hal ini dilakukan untuk menghilangkan rasa frustrasi, stres, serta untuk meredam berbagai emosi.

Menurut WHO atau Badan Kesehatan Dunia, seseorang yang sering melakukan aktivitas berbahaya ini memiliki beberapa tanda. Orang-orang sekitar pun dapat melihat tanda tersebut, baik dari segi fisik maupun psikologis. Contohnya:

  • Memiliki luka sayatan di anggota tubuh tertentu, umumnya pada lengan
  • Bersikap menutup diri dari lingkungan sosial sekitar
  • Kehilangan motivasi dan percaya diri yang menandakan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.

Penyebab Orang Melakukan Hal Berbahaya

Dari berbagai contoh di atas, tentu akan muncul pertanyaan apa yang membuat banyak orang begitu tertarik melakukan berbagai hal ekstrem dan berbahaya. Padahal sudah jelas-jelas membahayakan dan berdampak negatif bagi dirinya maupun orang lain.

Tentunya, cerita-cerita seperti ini tidak hanya terjadi di dalam negeri. Bahkan di luar negeri pun, aktivitas yang dilakukan juga terbilang jauh lebih ekstrem. Dirangkum dari sejumlah sumber, berikut beberapa alasan yang membuat banyak orang tertarik melakukan hal-hal berbahaya.

BACA JUGA : 6 Alasan Sarapan Pagi Penting Untuk Kesehatan

Demi konten

Siapa sih yang tidak ingin viral dan terkenal? Untuk menjadi viral dan terkenal di zaman saat ini, tentu ada beberapa hal yang kerap dilakukan, salah satunya dengan membuat konten. Terlebih, seorang content creator dituntut untuk selalu membuat konten baru yang menarik.

Tuntutan ini terkadang membuat para kreator begitu terobsesi sehingga membuat konten berbahaya. Apabila tidak membatasi diri sendiri terhadap dorongan konten berbahaya, yang muncul bukanlah konten kreatif melainkan neurotik dan membahayakan.

Dalam psikologi, orang-orang dengan neurotik cenderung tidak menyadari bahwa sikap atau perilakunya berbahaya. Bahkan mereka tidak memikirkan keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut karena mereka berkonflik pada diri sendiri untuk berada pada kondisi ideal.

Jika ingin membuat konten yang lebih ekstrem, beberapa psikolog menyarankan untuk membuat konsep konten yang tetap didampingi oleh profesional. Bila perlu, cobalah membentuk tim kemudian membuat simulasi secara matang sebelum melaksanakan ide.

Pertimbangkan juga berbagai faktor risiko yang terjadi supaya tidak berujung pada kejadian yang membahayakan diri. Dengan begitu, jangan sampai konten hanya bersifat menghibur namun malah merusak dan merugikan.

FOMO

Belakangan ini, istilah FOMO menjadi marak, terutama pada generasi milenial. FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out atau yang juga dapat diartikan sebagai ketakutan dalam kehilangan momentum. Dengan kata lain, seseorang terpacu untuk melakukan hal yang sama dengan orang lain supaya tidak ketinggalan tren.

Sebagai contoh saat ini ada banyak orang mengikuti tren mandi lumpur dalam waktu yang lama demi mendapatkan gift. Padahal, aktivitas tersebut memiliki risiko, terutama buat Anda yang tidak tahan dingin. Lumpur juga cenderung kotor dan sarang berbagai kuman penyakit.

Tren pada media sosial ini cenderung marak karena dapat mengundang banyak orang untuk memberikan hadiah bahkan uang. Tren tersebut juga banyak membuat orang terobsesi menjadi viral dan terkenal, bahkan memiliki kekayaan yang melimpah.

Melepaskan stres

Stres memang tidak dapat dihindari dalam kehidupan yang sibuk dan kompetitif. Tidak mengherankan jika banyak cara dipilih dan dilakukan oleh banyak orang untuk mengurangi rasa stress tersebut. Salah satu caranya dengan melakukan kegiatan yang memicu adrenalin.

Bagi sebagian orang, kegiatan yang terbilang ekstrem dan berbahaya seperti balapan, bungee jumping, atau berselancar merupakan hal-hal yang dianggap “gila”. Akan tetapi bagian sebagian lainnya, cara ini merupakan langkah mudah untuk menghilangkan rasa stres.

Sejatinya, sah-sah saja jika kita ingin menantang diri menggunakan aktivitas-aktivitas berbahaya tersebut. Terlebih, dalam ilmu kedokteran jiwa, seseorang senantiasa memiliki sisi maskulin dan feminim dalam dirinya. Bagi yang suka tantangan dan memicu adrenalin, maka aspek maskulin dalam dirinya terbilang tinggi.

Kendati demikian, yang perlu diperhatikan adalah apakah dirinya memiliki kendali yang baik dan sudah memakai pengaman. Apabila semua aman dan terkendali, maka kesehatan jiwanya masih baik. Jika sebaliknya, tentu perlu menjadi perhatian khusus.

Solusi dan Cara Mengatasi

Menyukai tantangan dan aktivitas berbahaya pada dasarnya bukan berarti seseorang mengidap gangguan mental dan kejiwaan. Bisa saja karena sisi maskulin dalam dirinya yang muncul dan cenderung ingin memicu adrenalinnya.

Sayangnya, tidak semua orang mampu mengontrol dirinya dari perilaku berbahaya yang dapat mengancam keselamatannya. Mereka cenderung nekat dan tidak mempedulikan hal-hal di sekitarnya, terlebih jika hal tersebut dilakukan pada mereka yang masih usia remaja.

Itulah mengapa, diperlukan pendampingan yang lebih dari pihak orang tua. Menurut Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia, orang tua menjadi garda terdepan dalam hal pendampingan anak-anak yang tengah berada pada fase remaja.

Tidak jarang, perilaku remaja timbul akibat adanya konflik dan ketidaknyamanan dalam keluarga. Orang tua dinilai belum cukup memberi stimulasi perkembangan serta membantu anak memahami dirinya dan memilih perilaku yang tepat di tengah pengaruh sekitar yang beragam.

Selain itu, peran guru di sekolah serta masyarakat sekitar juga sangat penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang seorang individu. Menurut Kimballyoung, peran positif guru, teman sebaya, bahkan orang-orang di lingkungan rumah merupakan hal yang tidak kalah penting.

Saat ini, media sosial juga sudah semakin marak menampilkan berbagai adegan berbahaya yang ingin ditiru banyak orang. Tentunya, diperlukan filter dari diri sendiri maupun orang-orang terdekat kita untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dari itu semua.

Dengan begitu, peran kita semualah yang dapat mencegah diri kita dalam menjalankan hal-hal berbahaya yang memiliki risiko tinggi. Jangan sampai karena kelalaian, nyawa kita dan orang lain menjadi taruhannya.